Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

My Heart Twinkle Twinkle Episode 10

[DRAMA REVIEW] MY HEART TWINKLE TWINKLE EPISODE 10

Pada episode yang lalu KLIK DISINI diceritakan Soon Jin yang telah kembali dari bulan madu mengajak Soon Jung untuk tinggal bersama dengannya di rumah Woon Tak. Namun, Soon Jung menolak. Soon Jin yang tiba di rumah Woon Tak mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari ibu mertuanya. Ibu Woon Tak sengaja memberhentikan para pembantu dan menyuruh Soon Jin menggantikan pekerjaan mereka. Woon Tak yang belakangan mengetahui perlakuan ibunya mengancam sang ibu untuk segera berhenti jika tidak ingin dia melakukan hal buruk pada ibunya.

Soon Soo mendapat pekerjaan di Royal Hotel berkat rekomendasi dari Pyo Sung Jo. Geum Bi bertemu anak pemilik supermarket terbesar di Korea bernama Cha Do Hoon. Geum Bi bertekad untuk menjadikan Do Hoon sebagai pasangan hidupnya.

Min Ja yang mengetahui Woon Tak memnbeli apartemen untuk Soon Soo sangat marah. Dia menghardik Woon Tak, tepat pada saat itu terdengar suara jeritan Soon Jin.

~ Sinopsis  My Heart Twinkle Twinkle Episode 10~
~ Gambar Menyusul~

Soon Jung tiba di kediaman Woon Tak. Dia membawa koper besar. Dia menghubungi Eun Bi minta di bukakan pintu. Eun Bi merasa heran. Begitu gerbang dibuka Soon Jung langsung masuk. Eun Bi terkejut dan mengikutinya. Dia berusaha menutupi pandangan Soon Jung hingga Soon Jung merasa terganggu dan penasaran. Soon Jung melihat ada sebuah mobil pick up dan beberapa orang nampak tengah meletakkan sesuatu. Eun Bi berusaha menghalangi namun Soon Jung memaksa. Begitu melihat benda yang diletakkan di bak belakang, dia menjerit tertahan. Dia bertanya pada Eun Bi, “Apa itu?” dengan gugup Eun Bi mengatakan, “Seperti yang kau lihat,” Soon Jung menutup mulut dan menunjuk kea rah kandang anjing, “Apa itu….?” Eun Bi mengangguk.

Soon Jin berada di ruang gawat darurat. Dokter mengatakan bahwa Soon Jin tidak apa-apa dan dia sudah disuntik anti rabies. Di samping nampak Kwan Mo membelakangi tempat tidur Soon Jin. Sesekali dia menengok ke belakang. Woon Tak melihatnya, dia menatap tajam ke arah Kwan Mo. Dokter menyarankan membawa Soon Jin ke ruang perawatan. Woon Tak meminta dokter untuk memberi tahu jika Soon Jin bisa pulang. Woon Tak mengajak Kwan Mo keluar.

Woon Tak meninju wajah Kwan Mo, “Beraninya kau menyentuh istriku!” Woon Tak menatap penuh kemarahan. Kwan Mo terdiam, dia ingat kejadian saat Soon Jin terduduk di dekat gentong dan dia menyingkap rok Soon Jin. Kwan Mo menundukkan kepala, “Maaf presdir, saat itu saya hanya khawatir dan bereaksi spontan,” “Huh khawatir??” Woon Tak memandang dengan sinis. Tiba-tiba ponselnya berdering. Eun Bi menghubunginya, “Kakak, apa benar kau menyuruh Soon Jung untuk tinggal disini?” Woon Tak menghela nafas, “Iya berikan dia kamar diatas,” “Apa? maksudnya kamar di sebelah kamarku?” Tanya Eun Bi “Iya, nanti kita bicarakan lagi di rumah,” woon Tak menutup telepon. Eun Bi memanggil-manggil Woon Tak. Woon Tak menyuruh Kwan Mo menemani Soon Jin sampai dia diperbolehkan pulang, lalu mengantarnya pulang. Woon Tak masuk ke mobil.

Soon Jin tengah termenung saat mendengar pintu di ketuk. Kwan Mo masuk dan memberi hormat. Soon Jin bertanya, “Bagaimana dengan anjingnya?” Kwan Mo menghela nafas, “Mereka sudah mati,” Soon Jin nampak sedih dan masih shock. Sementara Soon Jung diantar Eun Bi ke kamar barunya.

Min Ja menghubungi Woon Tak yang tengah berada di dalam mobil. “Apa kau sudah gila? Bagaimana bisa kau menbawa gadis itu ke rumah untuk tinggal bersama kita?” “Iya, aku memang sudah gila, kau lihat sendiri bagaimana anjing yang sudah kurawat dan kusayangi selama 10 tahun kubunuh dengan tanganku sendiri. Jadi aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika kau tetap memaksaku sekarang,” kata Woon Tak dengan nada tinggi. Min Ja shock, sekali lagi putranya membentak dan mengancam dirinya.

Woon Tak menemui komisaris, mereka bersama-sama menggunakan senapan berburu. Woon Tak menembak jatuh seekor burung. “Tampaknya suasana hatimu sedang tidak baik?” kata komisaris, Woon Tak tersenyum kecut. “Tidak juga, bagaimana anda bisa berpikir demikian,” “Kau menembak dengan penuh emosi,” kata komisaris. Woon Tak menghela tangannya memberi kode pada komisaris untuk mengikutinya. “Bagaimana menurut anda tentang lahan ini? Apakah cukup untuk mendirikan lapangan golf?” komisaris tersenyum, “Aku tidak begitu mengerti masalah seperti ini, tapi aku rasa adik iparku pasti akan puas.”

Geum Bi terlihat berjalan-jalan di supermarket. Dia melihat-lihat produk tanpa membelinya. Dia melihat seseorang menjual ayam dan mengambil satu porsi lalu memakannya. “Hai apa yang kau lakukan?” kata si penjual. “Hmm ayam ini lumayan enak. Kau tenang saja aku bayar,” kata Geum Bi seraya memberikan sejumlah uang.

Geum Bi mendatangi sebuah universitas. Dia ke ruang perpustakaan menemui Cha Do Hoon.

Eun Bi menyapa Do Hoon. Do Hoon mengerutkan kening, namun kemudian dia ingat pada Eun Bi. Mereka pergi ke taman, Do Hoon membawakan minuman.

Geum Bi mengajak Do Hoon pergi bermain ice skating suatu saat nanti. Namun Do Hoon mengatakan dia tidak pandai bermain ice skating Geum Bi juga mengungkit perihal Do Hoon yang memilih masuk ke garda depan saat wamil padahal dengan uang dan kekuasaan yang dimiliki keluarganya dia bisa mengambil divisi khusus.

Do Hoon tersenyum kecut dia sadar Geum Bi memiliki niat terselubung. Do Hoon mengatakan “Sepertinya kau tahu banyak tentangku?” “ah aku hanya membacanya dari internet berita tentangmu bisa ditemukan dengan mudah disana,” kata Geum Bi malu-malu. Do Hoon bertanya, “Jadi apa kau sekolah?” “Ya aku bermain Piano, aku kuliah di New York. Namun kau tahu aku tidak suka disana, terlalu padat dan aku sudah bosan,” kata Geum Bi. Do Hoon menganggukkan kepala tanda mengerti “Jadi nona Cheon, apa yang sebenarnya kau inginkan?” Tanya Do Hoon tanpa basa basi. “Aku mencarimu untuk urusan bisnis. Aku tahu kau putra pemilik supermarket. Keluarga kami seperti kau tahu memiliki restoran ayam yang terkenal dan telah memiliki cabang di beberapa daerah. Aku hendak masuk ke pasar Seoul, dan aku berharap produk kami ‘Yam Yam Chicken’ bisa masuk untuk dijual di supermarket kalian.” Kata Geum Bi penuh percaya diri.

Do Hoon kemudian berkata, “Maaf tapi aku tidak mengurus bisnis keluarga. Dan bulan depan aku akan pergi ke New York, kota yang tidak kau sukai untuk sekolah. Sayang sekali sepertinya kita tidak akan bertemu disana,” Do Hoon tersenyum sedangkan Geum Bi memandang dengan tatapan tak percaya.

Soon Soo melihat-lihat sebuah apartemen bersama Sung Jo. Sung Jo menunjukkan apartemen yang kecil namun terlihat indah dan nyaman. Soon Soo bertanya “Siapa pemilik apartemen ini?” “Apartemen ini adalah milik adik perempuanku, dia tinggal di sini. Dia pergi untuk belajar ke luar negeri. Namun sayangnya tak lama tinggal di sana dia mengalami kecelakaan dan meninggal,” Soon Soo tertegun. Sung Jo mengajaknya ke sebuah ruangan da nada piano kecil disana. “Adikku bermain piano sama sepertimu. Karena itulah aku seperti melihat adikku saat melihatmu bermain piano. Kau boleh memakai piano ini dan memainkannya saat senggang,” kata Sung Jon. Mereka kembali ke ruang tengah. “Tapi aku tidak bisa tinggal begitu saja dengan gratis,” kata Soon Soo. “Kau bisa menyewa apartemen ini dan membayarnya dengan gaji yang kau dapat,” kata Sung Jo.

Kwan Mo membeli sepasang sandal dia sebuah pusat perbelanjaan.

Soon Soo memainkan piano di kamar, sambil memainkan lagu ‘Twinkle Twinkle Little Star’ ingatannya melayang ke masa lalu. Saat dia, Soon Jin, Soon Jung, ayah dan bibi masih berkumpul bersama. Saat itu dia memainkan piano dan Soon Jung bernyanyi kemudian merangkul Soon Jin yang terlihat gembira. Di kursi nampak Jin Sam dan bibi duduk sambil ikut bertepuk tangan.

Kwan Mo masuk ke kamar rawat Soon Jin. Dia memberitahu bahwa Soon Jin bisa pulang. Soon Jin bangkit dari tempat tidur. Kwan Mo mengeluarkan sandal yang dia beli dan memberikannya pada Soon Jin. “Tadi karena terburu-buru, anda meninggalkan sebelah alas kaki anda di rumah jadi aku membelikan sepasang, aku harap cocok dengan selera anda,” Soon Jin terkejut namun terlihat tersentuh. “Ini sandal yang cantik. Terima kasih sudah begitu perhatian,”

Mereka melangkah keluar. Kwan Mo memimpin jalan di depan dan Soon Jin di belakang. Soon Jin nampak kesulitan berjalan karena kakinya sakit. “Maaf, jika kau tidak keberatan, bisakah kau membantuku?” kata Soon Jin kepada Kwan Mo. Sejenak Kwan Mo terlihat ragu namun kemudian memberikan lengannya untuk digandeng. Soon Jin melingkarkan tangannya ke lengan Kwan Mo, mereka berjalan bersama.

Soon Jung senang melihat Soon Jin kembali. Soon Jung bertanya mengapa Soon Jin datang bersama Kwan Mo bukan kakak ipar (Woon Tak). Soon Jin mengatakan bahwa Woon Tak ada pekerjaan. Eun Bi yang melihat kedatangan Soon Jin tanpa sengaja bertanya “Kau sudah pulang dari RS? Bagaiman keadaanmu?” Soon Jung terperangah. “Kau dari RS? Apa yang terjadi? Apa kakak terluka?” Tanya Soon Jung dengan khawatir. “Aku tidak apa-apa jangan khawatir,” kata Soon Jin menenangkan.

Woon Tak pulang, Soon Jung segera menahannya untuk bicara. Soon Jung menegur Woon Tak karena tidak bisa menjaga kakaknya. Woon Tak menenangkan Soon Jung. Dia bahkan memberitahu mengenai rasa cintanya yang begitu besar pada Soon Jin hingga dia menembak anjing kesayangannya karena sudah menggigit Soon Jin.

Terlihat kebakaran terjadi di sebuah kandang ayam meluluh lantakkan tempat itu. Kwan Mo terbangun dengan wajah ketakutan. Dia bermimpi buruk. Seorang gadis menyapanya, ternyata Geum Bi. Geum Bi bertanya tentang Kwan Mo yang tidur nyenyak hingga tidak menyadari kedatangannya. Dan mimpi buruk yang dialami Kwan Mo. “Bagaimana kau bisa masuk ke sini?” Tanya Kwan Mo dengan sebal. “Aku meminta kunci pada pemilik flat. Nampaknya kau cukup terpelajar. Buku-buku milikmu bukanlah buku biasa, ada manajemen dan lain-lain,” “Apa yang kau inginkan?” kata Kwan Mo dingin. “Aku ingin mengajakmu bekerja sama. Aku ingin memulai bisnis, dank au orang pertama yang ingin kurekrut. Aku ingin kau melakukan seperti yang biasa kau lakukan bersikap cool menjadi asistenku. Dan membantuku sedikit dengan pengetahuan yang kau miliki dari membaca buku-buku di sini,” kata Geum Bi. “Katakan padaku apa yang ingin kau capai? Aku ingin menjadi bisniswoman yang cantik, elegan dan terkenal, bagaimana denganmu? Apa keinginanmu?” Tanya Geum Bi pada Kwan Mo.

Soo Jin dibantu Soon Jung membersihkan gentong pasta. Soon Jung mengeluh tentang pekerjaan yang harus mereka lakukan dan kemana para bibi pelayan. Soon Jin membesarkan hati Soon Jung. Tiba-tiba bibi menghubungi Soon Jin. Dia ingin bicara dengan Soon Jung. Soon jin meminta Soon Jung untuk tidak mengatakan apapun pada bibi. Bibi memarahi Soon Jung yang tidak berpamitan dan hanya meninggalkan surat. Soon Jung minta maaf. Setelah Soon Jung menutup telepon, tak lama Geum Bi menelepon minta dibawakan buah ke kamar. Soon Jin menurut, dia ke dapur mengambil buah. Eun Bi mendatangi Soon Jung yang sendirian dan menggodanya. Soon Jung kesal lalu melap muka Eun Bi dengan lap yang dia pegang. Soon Jin membawakan buah untuk Geum Bi. Geum Bi memanggil kakak ipar dan meminta Soon Jin memanggilnya dengan sebutan nona mengingat Geum Bi bukanlah muridnya lagi dan dia nona besar di rumah itu. Soon Jin kembali ke halaman dan melihat Soon Jung yang kesal. Soon Jin berusaha membuat Soon Jung tenang. Soon Jung mengatakan bahwa dia merindukan Soon Soo dan ingin sekali bertemu. Mereka jadi sedih lalu saling berpelukan.

Direktur Shin kesal saat tahu direktur Park diangkat menjadi direktur manajemen. Dia merasa diperlakukan tak adil. Di perusahaan, nampak direktur Park merasa senang dan berterima kasih atas kepercayaan Woon Tak padanya. Direktur Shin yang hendak menemui Woon Tak bertemu asisten Park, dia diseret pergi.

Geum Bi meminta Woon Tak menyerahkan proyek ‘Nyam Nyam Chicken’ padanya dia bahkan sudah membuat proposal dan mengatakan sudah punya rekan. Woon Tak bertanya siapa orangnya, dan Geum Bi memberitahu bahwa Kwan Mo orangnya. Woon Tak memanggil Kwan Mo, dia bertanya pendapat Kwan Mo tentang Geum Bi. Kwan Mo berkata, “Sejujurnya aku tidak menyukai Geum Bi karena dia gegabah dan picik,” Woon Tak tersenyum mendengarnya. “Lalu bagaimana pendapatmu tentang proposal yang dibuat Geum Bi?” Tanya Woon Tak. “Proposal itu masih kurang dari segi pemetaan. Geum Bi hanya menunjukkan data yang bisa diambil dari internet, padahal masih banyak wilayah yang harus diobservasi. Woon Tak terlihat berpikir lalu berkata, “Kwan Mo sejak kapan kau menjadi dewasa?” katanya dengan senyum aneh. Kwan Mo mohon diri. Dia bertemu Soon Jin saat turun dari tangga. Woon Tak mengawasi Kwan Mo yang keluar rumah dari jendela kantornya.

Tak lama teleponnya berdering, dia melihat yang menghubunginya adalah asisten Park. Ternyata direktur Shin yang menghubunginya dengan menggunakan ponsel asisten Park. Direktur Shin mengungkit jasanya selama ini dan peristiwa kebakaran di kandang ayam Jin Sam. Asisten Park merebut telepon. Dia meminta maaf karena meninggalkan ponselnya saat ke toilet. Woon Tak sangat marah dan membating ponselnya, dia juga melempar dua gelas ke dinding. Soon Jin yang ada dibawah terkejut, dia mengintip dan melihat Woon Tak yang nampak kesal.

Soon Soo menghabiskan waktu bersama Sung Jo bermain ice skating. Mereka nampak bersenang-senang. Pulang dari sana mereka makan dan minum bersama di rumah Soon Soo.

Mereka berbincang, dengan akrab. Sung Jun mengajak Soon Soo untuk pergi ke tempat lain suatu hari nanti. Soon Soo meminta Sung Jun untuk membatasi pertemuan karena dia merasa rishi dengan anggapa orang-orang yang menyebut Sun Jon sponsornya. Sung Joon tersinggung. Dia memilih pulang.

Geum Bi mengeluh cincin dan antingnya hilang. Dia curiga pelayan yang berhenti mengambilnya. Eun Bi memberitahu bahwa kemarin dia sempat mencoba anting dan cincin itu jadi tidak mungkin tidak ada. Geum Bi langsung bertanya siapa yang membersihkan kamarnya.

Soon Jung merasa terintimidasi. Dia menolak dituduh mencuri. Min Ja memeriksa kamar Soon Jung, mereka menggeledah. Eun Bi membuka tas Soon Jung dan menemukan cincin yang dimaksud.

Soon Jung menggelengkan kepala, dia menolak dituduh mencuri. Min Ja marah dan menampar Soon Jung 2 kali, Soon Jin menjerit dan memeluk adiknya.

Soon Jung mengatakan dia tidak mencuri sambil menangis. Soon Jin memeluknya dan mempercayai ucapannya.

Tiba-tiba Woon Tak menelepon. Dia mengajak Soon Jin makan siang di luar. Soon Jin yang kesal karena adiknya dipukul menolak dengan alasan sibuk. Woon Tak terkejut dengan penolakan dan suara Soon Jin yang ketus.

Saat tiba di rumah, Woon Tak bertanya apa yang terjadi. Soon Jin memberitahu soal tuduhan mencuri dan tamparan yang diterima Soon Jung. Woon Tak mencoba menenangkan dengan memeluknya, namun Soon Jin menolak dan menyuruh Woon Tak cuci muka.

Saat turun dari tangga Soon Jin melihat Soon Jung berdiri terpaku dengan tangan memegang nampan berisi gelas.

Soon Jung memandang ke direktur Shin yang datang ingin bertemu Woon Tak. Soon Jin menyuruh direktur Shin ke kamar Woon Tak. Soon Jin juga menyuruh Soon Jung untuk naik ke atas istirahat di kamarnya.

Soon Jung ke atas, dia tiba-tiba ingat ruang rahasia yang tidak sengaja dia masuki saat menyelinap ke rumah Woon Tak beberapa waktu yang lalu. Soon Jung masuk keruangan itu kemudian mendengarkan percakapan Woon Tak dan direktur Shin.

Soon Jung terkejut saat direktur Shin mengatakan bahwa secara tidak langsung Woon Taklah yang menyebabkan kematian Jin Sam. Woon Tak tiba-tiba menyadari kalau Soon Jung mengintip dari balik rak buku.

Woon Tak meletakkan jarinya ke bibir menyuruh direktur Shin diam. Lalu berjalan kearah rak buku. Dia membuka pintu dan Soon Jung ada disana terkejut melihat Woon Tak.

Komentar:

Menegangkan, ending episode kali ini. Soon Jung benar-benar nekat sekaligus gegabah. Dari preview episode 11, nampaknya Soon Jung memilih pergi dan menjalani hidupnya sendiri.

Woon Tak sepertinya memiliki masalah emosi dan mental. Dia kerap lepas kendali dan melakukan tindakan kejam. Kwan Mo sepertinya memang memiliki dendam pribadi pada Woon Tak. Mimpi buruknya tentang kebakaran menunjukkan bahwa Kwan Mo pernah mengalami hal buruk seperti yang Soon Jung alami.

Foto: Osen

Posting Komentar untuk "My Heart Twinkle Twinkle Episode 10"